Diary Depresiku And Broken Home - Cerpen Perjuangan

DIARY DEPRESIKU AND BROKEN HOME
Karya Ahmad Rofiki

Gue hidup di lingkungan ancur, gak karuan, suasana rumah gue kaya anjing. Setiap malam selalu terdengar bunyi Babe-babe gokil, ngobrol sama Bokap gue. Selalu terdengar tertawa terbahak-bahak ABG tua. Selalu terdengar alunan gitar mengganggu konsen gue dikala belajar. Setiap hari Bokap berantem mulu sama Nyokap. Bokap setiap hari kerjanya mabok, maen judi, maen gitar. Dimana gue dikala itu??? gue hanya kesepian di kamar, menertawakan suatu bencana biasa yang gue tonton setiap hari, setiap detik, setiap menit. Gue gatau kapan?? hal itu akan berakhir. Gue sedih, gue nangis, gue pengen menyerupai teman-teman gue yang memiliki Bokap sama Nyokap akur, baik, selalu ngurusin gue. Ketika pagi-pagi selalu di beri ucapan “ hati-hati yaa nak, kalo mau jalan sekola”

Gue berharap semua yang terjadi sama keluarga gue, itu gak pernah terjadi. Tapi semua luka yang tidak sanggup terhapuskan itu sudah menjadi kerikil karang di hati gue. Gue mao Bokap berhenti dari semua hal yang menciptakan Nyokap gue sakit. Sakit tiada hentinya meneteskan air mata . Nyokap setiap dikala sedih, terluka. Tapi Nyokap selalu berusaha dengan sabar dan hening ngadepin Bokap yang kaya anjing.

Diary Depresiku And Broken Home
Nyokap selalu berusaha untuk menampilkan ketegarannya ketika gue berangkat sekola, selalu kasih senyuman termanis yang gak akan pernah di kalahkan oleh siapa pun. Gue pun berusaha untuk menciptakan Nyokap gue tertawa, tersenyum dengan kehadiran gue. Tapi lagi-lagi ketika Malam datang, luka yang dikasih Bokap terlalu tajam menusuk ke jantung Nyokap gue. Mungkin ketika pada dikala Nyokap gue tertidur , luka itu hilang sejenak. Tapi lagi-lagi ketika Nyokap membuka matanya di pagi hari, Bokap dengan segala kekuasaannya. Marah-marah, emosi tiada hentinya untuk berhenti. Bokap suka bernafsu kalo nyuruh Nyokap di pagi hari. “ Woi!!!!! Bangun lo setan….. Udeh pagi niii kampret. Masakin gue air panas, buat gue Mandi!! Cepet-cepet !!!!! Bangun……” Dengan lancangnya bunyi Bokap, menggunakan sapu buat mukulin Nyokap gue. Begitu lah setiap harinya kehidupan di rumah gue, sebelum gue berangkat ke sekola.

Gue mencoba untuk melupakan bencana di rumah, dengan tertawa bersama teman-teman. Lalu gue bernyanyi di iringi alunan musik gitar. Belajar dan memperhatikan semuanya, termasuk pelajaran dari Bapak dan Ibu Guru.

Di sekolah gue termasuk orang yang memiliki banyak teman, kata teman-teman gue. Gue ini orangnya asik, lucu, dan sanggup main gitar. Gue juga andal pada dikala pelajaran Bahasa Indonesia dan Seni Musik, serta gue ikut Eskul Drama. Pada dikala pelajaran Bahasa Indonesia, gue andal banget untuk mengungkapkan suatu perasaan yang ada di otak dan hati gue. Melalui puisi lah gue memulai untuk mengekspresikannya.

Hati.
Luka yang pernah tersakiti.
Tak menciptakan saya patah hati.
Di dikala semua mengharapkan kebahagiaan, saya pun mengharapkannya.
Di dikala semua telah mencicipi luka, saya sering mendapatkannya.
Wahai kau yang berjulukan hati. Jangan lah engkau menyakiti, alasannya kesakitannya melebihi perasaan hati.

Setelah pelajaran Bahasa Indonesia, pelajaran Seni Musik gue jago. Gue andal dalam bermain gitar, bahkan mahir. Karena bagaimana pun Bokap gue yang ngajarin. Gue sering maen dalam pentas seni di Sekola, mengiringi para penyanyi yang ada di sekola . Gue suka banget sama Band Ungu, alasannya lagunya itu bernuansa wacana cinta. Sebuah lagu yang berjudul Cinta Dalam hati, ialah salah satu lagu yang gue suka. Gue pernah ngalamin Cinta Dalam Hati, suatu perasaan tersimpan yang tidak sanggup di ungkapkan. “ Mungkin ini memang jalan takdirku, mengagumi tanpa di cintai”. Gue butuh seseorang yang mengerti gue, orang yang ada di dikala gue letih dan tertawa. Seseorang itu berjulukan #Sally, cewe yang jadi sahabat gue dikala SMA. Sally itu orangnya asyik, baik, manis pula, berbadan tinggi sama menyerupai gue. Dia tuh anak orang kaya dari keluarga sangat harmonis. Gue sama Mamahnya Sally udah di anggep menyerupai anaknya sendiri. Gue sering main kerumahnya Sally dikala kami kerjain kiprah bareng. Gue gamau sama Sally berpisah. Tapi takdir lah yang memisahkan kami berdua, Papahnya Sally mengajak Sally untuk kuliah di luar Negeri. Sedangkan gue gatau?? mau melanjutkan kuliah atau tidak.

Ujian Nasional sudah berakhir, semenjak perpisahan kami berdua di sekola. Gue sudah tidak sanggup kabar apa-apa wacana Sally. Ketika mau melanjutkan kuliah di Universitas Negeri, gue terkena problem dana. Pada dikala SMA, gue ga dapet undangan, bidik misi apalagi. Kaprikornus cara satu-satunya ialah dengan menempuh jalur SNMPTN. Tapi lagi-lagi terkendala dana, SNMPTN tulis mewajibkan membayar uang Rp. 150.000 dan saingannya itu banyak banget. Gue melihat ke arah Bokap dan Nyokap gue “ Tergambar suatu muka yang tidak ada keinginan buat gue” . Alhasil gue harus mengusahakan semua itu dengan sendiri, gue bela-belain mengorbankan kulit gue yang putih menjadi keling. Gue mengamen di pinggiran jalan. Setelah mengamen dalam jangka waktu seminggu, balasannya gue berhasil mendapat uang Rp. 150.000. 

Namun ketika gue pulang ke rumah, bencana itu terulang lagi. Kejadian yang tidak ingin di harapkan oleh semua anak di dunia. Bokap sama Nyokap selalu berantem. “ Assalamualaikum pah mah” gue beri salam di hadapan mereka. Suasana berkembang menjadi hening sejenak. Dengan meneteskan air mata, gue berucap “Pah Mah. Udah dong berhenti !! Emang gak capek apa?? Berantem mulu setiap hari. “ Ahhhhhhh !!!!! berisik kamu……. Itu duit siapa?? Sini buat papah !!!!!!!!!” dengan maksanya Bokap merampas duit hasil ngamen gue. “ Pah jangan pah……… !!” Mamah eksklusif memeluk tubuh gue dengan erat. Gue sama Nyokap hanya sanggup menangis liat tingkah laris Bokap yang kaya anjing.

Setelah Bulan tenggelam, Matahari terbit dengan dikala cerahnya. Ketika itu gue lagi jemurin pakaian, Nyokap tiba-tiba manggil gue “ Piki…? piki….? dimana kau nak?” “ Iyah mah?” “Tolong ambilkan Mamah minum nak !” “Iyah mah, mah mamah batuknya berdarah !” “Gapapa nak, ini sudah biasa” kata Mamah dengan lirih ( pelan tapi sakit ) “Mah piki pergi ngamen yah ! Assalamualaikum” “Walaikumsalam, hati-hati yah nak !” jawab Nyokap. Itu ialah bunyi paling indah dan merdu merasuk jiwa gue.

Mamah sudah gak sanggup gue lihat lagi, tapi senyumnya masih manis menyerupai biasa. Mamah sudah gak sanggup gue sentuh lagi, tapi bayangnya masih ada menyerupai biasa. Mamah sudah gak sanggup gue peluk lagi, tapi kehangatannya masih hangat menyerupai biasa.

Waktu itu, waktu dikala pamitan ketika mau ngamen ialah waktu terakhir kalinya gue bertemu dengan Mamah. Mamah meninggal pada dikala gue ngamen dan 2 ahad lagi jalanin tes SNMPTN. Gue marah, gue kecewa, gue duka dan mengadu kepada Tuhan. Tuhan mengapa kehidupan gue menyerupai ini? Tuhan kenapa engkau ambil Mamah, Mamah yang paling sabar, manis, anggun dan menciptakan gue nyaman ketika ada di sampingnya. Kenapa kau ambil Tuhan???? Ahhhhhhhh… Teriak gue di kawasan ibadah. Kehidupan yang tidak ingin di jalanin oleh setiap Manusia di Bumi ialah berpisah dengan seseorang yang sangat mereka cinta.

Gue mau hilangin ingatan dengan cara pergi ke kawasan Diskotik, di sana gue bermain gitar sepuas-puasnya plus ngelakuin Mabok sampe pagi. Gue Mabok dengan keinginan semua problem yang ada di gue itu terselesaikan. Gak taunya ketika besok pagi, sehabis gue melaksanakan hal itu. Perihnya luka yang dulu, makin parah gue rasakan. Gue mau pergi dari dunia ini, tapi gue masih punya rasa. Rasa yang mustahil sanggup untuk orang lain punya. RASA CINTA yang ABADI terhadap MAMAH gue !!

Dimana keadaan Bokap gue pada dikala Nyokap gue meninggal?? Dia ga ada pada dikala pemakaman dan gue ga mau tau keadaan ia dikala ini. Dimana Sally juga? Dia juga tidak hadir, tidak ada kabar dan tak tau kenapa??. Untungnya Nenek gue masih punya saudara yang baik dan tajir. Uang Rp. 150.000 buat SNMPTN di bayarin olehnya dan Alhamdulillah gue masuk Negeri serta biaya kuliah di tanggung oleh Saudara Nenek gue.

Lebih indahnya lagi gue di pertemukan oleh teman-teman dari UNJ Jurusan Pendidikan SOSIOLOGI REG 2012 yang baik-baik dan ramah. I love PSR 12, JUST IT NO MORE..

Mungkin inilah yang di namakan Surga dan Neraka. Gue memiliki surga, kawasan yang paling senang ialah sekolahan gue. Neraka itu ialah rumah gue sendiri dan Iblisnya ialah Bokap gue. Wajar kalo dikala ini gue iri pada lo semua! Lo Semua yang punya ORANGTUA baik. Gue Iri, Sumpah banget gue IRI.

PROFIL PENULIS
Nama: Ahmad Rofiki
Umur: 17 tahun
Belajar di jurusan Pend. Sosiologi UNJ ,12
Facebook: ahmad.rofiki.23

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel