Ketika Cinta Harus Pergi - Cerpen Cinta

KETIKA CINTA HARUS PERGI
Karya Nur Azizah Rahma

Perkenalan ku padanya memang tidak disengaja. Sungguh semua ini diluar dugaan,, betapa tidak...!! Ternyata Dia ialah adik dari sahabat Abang ku sendiri,,, ehm.... cukup mengejutkan, Dia mengenal Abang ku, dan Aku pun mengenal Abangnya,,. Tapi anehnya kami tidak saling mengenal. Sebuah Perkenalan melalui HaPe... Aku sering SMS-an dan menyebarkan kisah dengan Dia.

Pendek Cerita... kami pun berjanji untuk ketemuan. Sesuatu yang di tungggu-tunggu pun tiba. Sosok bertubuh sedikit kecil dan berpakaian sederhana menghampiriku, (persis menyerupai penampilan abangnya...)

Ketika Cinta Harus Pergi
Awal yang baik, kami melanjutkan pertemanan kami dengan sering jalan bareng. Waktu pun terasa cepat berlalu. Dia pindah keluar kota, alasannya ialah menerima pekerjaan baru. Aku pun sudah jarang bertemu dengannya. Kalau pun ada,, itu hanya sesekali... bila ia libur dan pulang kerumahnya.
***

Ada suatu malam,,, Aku merasa galau, karna berakhirnya cinta ku pada pacar ku. Ku putuskan untuk menelponnya, alasannya ialah saya butuh seseorang untuk curhat. Dalam perbincangan itu saya menceritakan apa yang terjadi sebenarnya, tapi yang malah mengejutkan ku.. kisah ku tidaklah se-Ironis ceritanya. Aku pacaran selama 16bln saja kesedihan ini bisa berlarut-larut,, tapi ia malah lebih lama, berpacaran selama 5 thn, tapi tetap tegar menghadapinya.

Aku tersentak sadar,, betapa ia ialah lelaki yang sabar, ia hanya berkata “mungkin ia bukan jodoh mas..”

Hhmm.... rasa tenang dikala saya mendengar ucapannya, ku rasa kesedihan ini pun harus ku akhiri, memulai kisah yang gres dan semangat yang baru. Ku coba tanya mengapa mereka hingga putus, mengakhiri kebersamaan 5 thn dengan begitu saja. Tapi ia hanya menjawab “berbeda pendapat ajah,, dan kami sudah memutuskan pilih jalan masing-masing”

Sungguh jawabannya itu membuatku merasa tidak puas,, ingin rasanya ku tanya lebih dalam, tapi itu tidak mungkin, saya dihentikan bertanya terlalu detail,, nanti juga saya akan tau semuanya bila saya mau bersabar.

Sejak mengenalnya, saya selalu penasaran tentangnnya, ku cari gosip dimana saja, dengan siapa saja, demi mendapatkan sesuatu gosip perihal dirinya, salah satu kabar yang saya tau ialah ia beragama Katholik. Sungguh suatu yang mengejutkan bagi ku... dan mungkin inilah penyebabnya mengapa mereka putus, niscaya tidak salah lagi semua itu alasannya ialah agama.

Aku masih ingat betul 8 April 2011 saya bertemu dengannya disebuah kost Adik sepupuku, dan kini waktu kian berlalu,, perkenalan ku dengannya semakin akrab, saling menyebarkan perhatian, saling memberi semangat, sebagai tanda kami saling membutuhkan.

Aku mulai rindu, jikalau usang tak bertemu, saya mulai gelisah bila sms nya tak kunjung menghampiri inbox ku. Ada apa bersama-sama yang terjadi padaku, saya mulai menggantungkan keceriaan ku padanya. Ditambah lagi ia memberi ku sebuah kado yang disaat Ultah ku, dan saya merasa semua itu sangat spesial. Semakin usang rasa ini semakin membukit,, rasa ini sungguh sulit untuk diungkapkan,, saya hanya tidak ingin jikalau tanggapan dari pernyataan hati ku ini ialah CINTA. Aku takut.... saya takut bila Jatuh Cinta padanya.
***

Malam tu malam Minggu,, tiba-tiba Hape ku berdering dan tertulis “ Akis Calling....”
Eemm....hati ku eksklusif berdetak kencang,, ingin secepatnya ku pencet tombol hijau,, tapi saya perlu waktu sedikit untuk menenangkan hati biar tidak gemetar dikala mengangkat telponnya.
Penjang lebar kami bercerita,, walau adakala terdiam, karna mungkin ia tidak terlalu bakir bicara,, ia kemudian bertanya “nanti hari ahad adek kuliah ya..?”,, “iya mas... emangnya kenapa.?” Jawab ku.
“Enggak,, mas mau ngajakin keundangan ntar tanggal 20 november, Mantan mas nikah...” betapa saya terkejut mendengarnya, masa sih bisa secepat itu pikir ku, gres Februari kemarin mereka putus,, kenapa November ini sudah mau nikah mantannya, ribuan tanda tanya muncul di benak ku. “ mungkin adek nggak bisa ya..?” ucapnya lagi.. tapi saya eksklusif menjawab “ adek pengen ikut mas, adek pengen kesana, bisa kok... nanti juga nggak banyak kiprah lagi, jadi adek bisa ijin dulu ahad itu..” Aku mustahil melewati kesempatan itu, apa pun akan ku lakukan biar bisa ikut dia.

Keinginan itu pun terwujud, dikampus nggak ada dosen, saya pun tanpa pikir panjang eksklusif pulang, tidak usang kemudian ia pun tiba kerumah ku untuk menjemputku, walau cuaca kelihatan mendung, tapi tidak menciptakan semangat ku lemah untuk ikut dengannya.

Tak perlu berlama-lama lagi, saya berangkat, mungkin sedikit nekad, awan putih berkembang menjadi gelap, walau kami berharap hujan tak hadir, tapi kuasa Tuhan tidak lah sanggup ditahan, di perjalanan kami kehujanan, kami berhenti disebuah warung untuk menghindari hujan lebat, hampir 1 jam kami disitu, hanya terdiam, sambil terucap doa semoga hujannya berhenti.

Yacchh,,,, tampaknya hujan pun mengerti, meski gerimis mengusik, kami tetap melanjutkan perjalanan, eemm... namanya juga ekspresi dominan hujan,, di perjalanan selanjutnya kami kehujanan lagi, kemudian kami berteduh lagi.

Aku ingin cepat sampai, baju ku juga sudah basah, untuk apa berteduh, saya memaksanya untuk melanjutkan perjalanan kami, akhirnya ia mengikuti ingin ku, Huuuuftt.... perjalanan yang melelahkan,, kesabaran ku menyerupai membara, saya penasaran dimana rumahnya,” mengapa jauh sekali..??” ucap ku dalam hati. Jalan rusak dan berliku, turun naik tanjakan, hingga kebun karet pun kami lewati. Hati ku banyak berkata “ Ya Allah... bagaimana mungkin pengorbanannya yang begitu nrimo harus dibalas dengan sebuah kekecewaan, 5 thn untuk malam ahad bersama niscaya sangat melelahkan baginya, mengapa ia begitu kuat..??” Hahh.... keadaan ini menciptakan ku semakin terkagum padanya.

Tiba-tiba ia berkata pada ku “ niscaya nanti adek dibilang pacar mas,,,he..”

Aku eksklusif menjawab “ ya nggak apa apa lah mas, biarin aja,.” Aku berusaha hambar dengan perkataan itu, walaupun bersama-sama sangat mengagetkan ku.

Akhirnya tiba juga di daerah resepsi, karna hujan tamu pun tidak terlalu ramai, tapi saya tau... orang-orang di sekililing itu memperhatikan ku.

Yupz... perkataannya itu benar, saya dianggap pacarnya, hhmm... terpaksa saya harus mengikuti persandiwaraan ini, Orang renta manta nya, keluarganya, temannya, semua beranggapan begitu. Bahkan sebuah perkataan yang sempat menciptakan ku terkejut ialah disaat ibu Mantannya berkata “ Oo,,, ada akis... hhmm,, sama cewek yaa,, tapi kok yang ini pake jilbab.?? Yaa... nggak apa apa lah, mungkin yang ini berjodoh”

saya hanya tersenyum, walau dalam hati ku keheranan mulai menghampiri, saya tau jawabannya, Ini lah tanggapan atas pertanyaan yang selama ini ku simpan,. Tepat sekali,, mereka harus mengakhiri kebersamaan mereka alasannya ialah Keyakinan.

Tak usang kami pulang,, berpamitan dengan Pengantin, kemudian diminta foto bareng, Mungkin akan menjadi kenangan yang Abadi....

Saat perjalanan pulang,, betapa saya sangat mengerti posisinya, saya tau perasaannya, tidak gampang mendapatkan semua ini dengan bersembunyi dibalik senyum kesederhanaanya. Ingin rasanya saya memeluk erat tubuhnya, biar hatinya yang berdegub kencang sanggup meredam, saya tidak tau harus berbuat apa, sebisa mungkin saya harus bisa membuatnya berpengaruh untuk melewati semua ini.

Berkali-kali ucapan terima kasih ia ucapkan untuk ku, karna sudah bersedia menemaninya dalam kisah masa lalunya ini, tapi saya hanya bisa tersenyum, saya takut salah berbicara yang hanya akan menambah lukanya, tapi tak henti hati ini selalu berkata belakang layar “makasih mas untuk hari ini, saya sangat senang bisa ikut bersama mu, menjadi pacar sandiwara mu, menjadi sosok cewek tegar digegalauan mu,,meski hati mu kini sedang bersedih, maafkan aku,,, jikalau saya tak bisa berbuat lebih untuk mu”

Hhm... saya hanya bisa mengucapkannya di hati, berbisik pelan untuk diri sendiri, berharap ia tidak mendengar.

Usai mengantar ku, ia eksklusif pamit pulang... saya tau betapa lelahnya dia, saya saja sangat merasakannya, apalagi ia yang harus melanjutkan perjalanan keluar kota untuk kembali ketempat kerjanya dengan kekecewaan. Kekhawatiran ku pada keadaannya amatlah dalam, saya takut terjadi apa-apa dengannya, tak lupa ku ucap pesan untuknya “ hati-hati dijalan mas,, kalau uda nyampe rumah sms adek ya..?” kemudian senyum ku menghantarnya.

Setelah 1 jam lebih berlalu, ia mengirim sms pada ku, ia berhenti untuk istirahat, saya coba membalas smsnya dengan kata-kata yang menciptakan ia tetap semangat, kemudian ia membalas sms ku “Makasih atas semangatnya. Mas harus segera bangun lagi kayaknya, memang sulit kalau sudah berbeda, konsekuwensinya mas harus mendapatkan akibatnya, tapi nggak apa-apalah... mas sanggup pelajaran dari semua ini, memang sulit mencar ilmu ilmu nrimo sama sabar”. Hanya menghela nafas yang bisa ku lakukan sesudah membaca smsnya.
***

Setelah perjalanan itu,, saya mulai dihantui aneka macam keraguan, hati selalu gelisah, tidak tenang. Bahkan saya merasa bahwa ia ialah sosok yang mempunyai kiprah penting dalam hidup ku. Bahkan setiap malam saya selalu memeluk boneka yang dihadiahkannya untuk ku sebelum tidur, sesekali airmata ku mengalir tanpa saya sadari, betapa berat perasaan ini, saya tak sanggup menahannya. Aku sangat menyayanginya, tapi saya tidak bisa memilikinya, saya takut rasa ini hanya akan mengulang kesalahan yang pernah dibuatnya, saya takut membuatnya kecewa lagi.

Seperti biasanya, saya selalu ber-sms dengannya, tak pernah bosan walau yang tertulis hanya itu-itu saja. Entah mengapa topik sms kami mengarah ke arah serius.
“Mas capek, biasanya kalau mas kecapek’an kayak gini, mas ingat sama orang yang mas sayang, mas seneng kalau diperhatikan..” itu isi sms yang ia kirim pada ku, saya akal-akalan penasaran siapa orang yang ia maksud.
“eemm.... uda ada yang gres ya..?? kok nggak bilang sih..?”
“nggak ada yang gres mas,,, mas kayaknya masih stress berat lah pengen pacaran lagi... apalagi yang beda agama,”

Adrenalin ku berpacu kencang, sungguh isi sms itu telah meruntuhkan gunung impian ku. Selama ini saya yakin ia juga menyayangi ku, dan saya yakin bahwa kami niscaya bisa bersama nantinya, tapi semuanya harus terkubur, saya sadar, Agama bukan lah hal sepele diantara hubungan kami ini.

Airmata ku mengalir, kian deras,, membasahi seluruh wajahku, batin ku pun ikut meratap..”Ya Allah,, cobaan apa lagi ini.? Mengapa Engkau harus mempertemukan ku dengan dia, bila hanya luka jiwa yang akan terukir, Ya Allah... apakah dengan cara ini Engkau mengajari ku untuk bersabar, mengapa saya selalu sulit mendapatkan cinta yang ku ingin, saya sangat menyayanginya, sangat mencintainya, tapi mengapa jurang antara kami sangat lah berbahaya, Ya Allah... tunjukkan saya jalan terbaik-Mu..”

Aku hanya bisa membalas “ iya lah mas,,, Tuhan niscaya sudah merencanakan semuanya, makasih atas semuanya mas, makasih juga uda ngasih boneka yang selalu ada buat adek, he..”
“iya,,,itu semua karna mas sayang sama adek, untuk kini adek yang ngerti mas..”

Aahh.... kata Sayang yang dikirimnya, mungkin tak berarti baginya, tapi bagi ku,, kata-kata itu menyerupai ombak besar yang meruntuhkan bendungan airmata ku, sekencangnya saya menangis, entah apa maksud dari semua ini.

Setelah itu lah,,,, saya sadar apa yang harus saya lakukan, memang menghindar bukan jalan yang baik, tapi saya harus bakir memposisikan diri, biar perasaan ini tidak terlalu mendalam.

Waktu terus berlalu, kedekatan ku padanya semakin akrab, hampir menyerupai dengan orang yang sedang berpacaran. Liburan Natal, ia mengajak ku jalan-jalan, tapi cuaca selalu hujan, jadi susah untuk kami bertemu, ada pun Cuma sebentar, dikala itu saya tiba kerumahnya waktu hari pertama Natal, itupun dengan baju lusuh dan berair karna kehujanan, saya hanya sebentar bertemu dengannya, tidak sedikit pun bisa menghilangkan rindu ku.

Entah mengapa waktu seakan mengijinkan kami untuk jalan bersama, hari itu tidak hujan lagi, cuaca sangat bagus. Tanpa perencanaan, ia menjemput ku. Kami jalan bersama mengelilingi kota, ada suatu daerah yang ku sukai dikala ia pertama kali membawa ku jalan-jalan, daerah itu ialah “Bukit Bintang”, tapi sayang, dulu kami ketempat itu waktu siang hari, saya hanya bisa melihat kota yang dipadati rumah penduduk dan gedung-gedung saja. Aku merasa tidak puas, kemudian saya berencana akan kembali bersamanya ketempat itu pada malam hari. Dan keinginan ku itu diwujudkannya, selesai makan dan keliling kota, saya dibawanya ke Bukit Bintang.

Aku terkejut melihat keindahan kota pada malam hari, diatas bukit itu saya bisa melihat kota yang dipenuhi dengan lampu-lampu, dan langit yang dihiasi bulan bersama bintang-bintang. Sungguh pemandangan yang indah dan romantis, saya menikmatinya dengan damai, lirih dalam hati ku pun berbisik pada Sang Pencipta “ Ya Allah.... Engkau lah yang tau akan takdir ku, saya hanya bisa menunggu tanggapan ini dengar rasa sabar melewati waktu, malam ini saya bersamanya, saya mencicipi kedamaian yang tak ingin ku lepas, Ya Allah.... jangan buat orang sebaik ia mencicipi sakit hati atau kecewa karna perasaan ku”. Beberapa dikala kemudian ia pun mengajak ku pulang, tentu saja kami dihentikan berlama-lama, karna ia harus mengantar ku pulang.
***

Kembali lagi,, keraguan mengusik ku, saya butuh suatu kejelasan darinya, bersama-sama seberapa penting diri ku baginya. Tapi saya harus menunggu waktu yang tepat, biar ia tidak merasa tersinggung atas pertanyaan-pertanyaan ku. Dan saya memutuskan, bahwa waktu yang sempurna ialah Malam Tahun Baru. Karna saya akan menghabiskan malam itu bersamanya.

Yeaachh.... semoga semuanya bisa dibicarakan dengan baik, saya dan ia niscaya akan mengerti dengan keadaan ini. Aku juga mustahil terus berharap padanya, sedangkan akhirnya saya juga tidak tau. Haruskah ku korbankan waktu yang panjang demi sebuah tanggapan yang tidak begitu jelas?

Rasanya semua ini tak sanggup untuk ku pendam sendiri, banyak yang menyukai ku tapi semuanya ku tolak, hanya karna demi menghargai perasaannya. Tapi... apakah adil bagi ku, bila saya harus menutup diri dari orang-orang yang mengajak ku untuk serius. Sedangkan yang ku jalani kini juga tidak terang arahnya.

Aku ingin menciptakan semua ini menjadi nyaman, saya juga tidak akan berpasrah diri pada Takdir Tuhan, walau bagaimana pun rasa sayang ku padanya, Agama ku tidak akan saya korbankan demi cinta ini.
***

Ku pikir malam Tahun Baru ini ialah moment yang sempurna untuk kami saling mengungkapkan perasaan. Tapi ternyata tidak lah menyerupai yang ku harapkan. Dimalam itu kami hanya membahas perihal perasaan yang tidak bisa saling memiliki. Aku sangat merasa kecewa atas pernyataannya, bahwa hubungan kami memang tidak mempunyai arah, bahkan ia pun tidak berani menunjukkan suatu keputusan perihal kedekatan kami ini.
“Mas... tidakkah kamu mengerti perasaan ku sekarang..? saya sangat membutuhkan kejelasan dari hubungan ini, betapa perihnya aku, harus berjalan diatas watu yang tajam. Aku ingin langkah ku terarah, mempunyai tujuan, sehingga saya sanggup berpegang berpengaruh pada tekad ku, dikala topan mengguncang keyakinan ku...”
***

Setelah event itu, saya merasa bahwa saya harus membuka mata ku dengan lebar, biar bisa melihat pandangan dengan terang. Aku takut bila dikala tekad membulat, gelap tiba menyapa, hingga membawa ku pada arah yang sesat.

Aku memutuskan untuk memendam rasa cinta yang begitu dalam ini di danau hati yang letaknya tersembunyi dari arah mata manapun. Ku biarkan air mata ini mengalir menciptakan dalam genangannya, kan ku jaga hingga pada waktu yang tak terbatas, karna tidak ada yang bisa menggantikan keistimewaannya dihati ku.

Aku tau bagaimana perasaannya, begitu sulit ia harus menjalani semua ini hanya dengan 2 mata dan 1 hati. Ku yakin ia butuh sandaran yang lain untuk menenangkan jiwanya yang dilanda probelam kehidupan. Walau sulit bagi ku juga berada disamping mu, tapi ku putuskan akan selalu menjadi pendengar baik mu disaat kamu butuh seseorang untuk mendengar keluhan mu.
“ mas.. maafkan aku, saya tidak bisa menjadi menyerupai yang kamu inginkan. Mungkin kita bukan lah sepasang jodoh, Tuhan sudah punya planning lain dari pertemuan kita ini, ku harap kamu pun mengerti mas, dalam hubungan ini kita sama2 diposisi sulit. Semoga mas masih bisa menemukan seorang perempuan yang sesuai dengan keinginan mas. Cinta ku berhenti disini mas, Cukup hingga disini, ku telah memahami waktu dan takdir, bahwa waktu dan takdir tak mengijikan kita menjalin sebuah perasaan yang semakin jauh. U are special someone for me... everyday..”
*****

PROFIL PENULIS
Nur Azizah Rahma, 08 November 2000.
Facebook : http://www.facebook.com/ZahraSayankSahabat .
Twitter : http://www.twitter.com/Zahra_PZ .
E-mail : zahrapreityzinta@yahoo.com


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel