Masih Mungkin - Cerpen Motivasi

MASIH MUNGKIN
Karya Fauziah Khalifah
Ziah, mempunyai paras cantik, lugu, dan manis tapi dibalik semua iitu beliau mempunyai sifat yang buruk, keras kepala, sombong dan semua keinginannya harus dipenuhi walupun terselip sedikit hati yang lembut. Selama ini beliau selalu hidup senang dengan adiknya anisa, disaat ulang tahunnya yang ke 5 beliau harus mendapatkan suatu isu yang jelek dan yang seharusnya belum pantas untuk ziah dengarkan dan ketahui yang sekejab mengubah semua kebahagiaannya yang membuncah menjadi kesesakan penderitaan, beliau harus mendapatkan kabar bahwa di dalam tubuhnya terdapat penyakit yang sulit disembuhkan. Hidupnya selalu diisi dengan kesedihan, senyuman yang manis diharinya sekejab berkembang menjadi kesuraman. Hari demi hari ziah lewati dengan kesedihan beliau tahu bahwa kapan saja penyakit itu sanggup membunuhnya hari-hari yang seharusnya ziah lewati untuk bermain semuanya terkuras oleh keperluan berobat.
Masih Mungkin
Waktu terus berjalan, seiring berjalannya waktu ziah bersekolah di sebuah sekolah dasar swasta dijakarta. Ziah sama sekali tidak mempunyai sahabat untuk bermain, banyak alasan yang menciptakan ziah tidak mempunyai sahabat salah satunya yakni kesombongannya. Hingga suatu dikala ada seorang gadis lucu’ bagus dan baik menyapa ziah dan duduk disebelahnya “ziah...selamat pagi” perkataan impulsif yang keluar dari lisan sigadis lucu. “ kakakakamuuu dhilah kan? Kamu tau namaku? Dasar sok kenal.” Jawab ziah dengan gugup dan sombongnya. “ saya tahu namamu. Karena kau juga tahu siapa namaku. Bagaimana kalau kita berkenalan? Atau kita berteman?” ucapan yang keluar dari lisan dhilah dengan ramahnya. Jawaban yang diberikan dhilah sekejab menciptakan ziah terdiam, ziah termenung dibawah pohon dengan tiupan angin sepoi-sepoi. Lama sekali ziah belum menjawab pertanyaan yang dhilah berikan, mereka sama-sama membisu dibah pepohonan itu. Setelah usang melamun ziah menjawab pertanyaan dhilah “ kau mau berteman denganku? Buat apa ? saya tidak pernah punya teman? Tidak ada yang mau menjadi temanku. Semuanya berlaku jahat kepadaku. Semuanya tidak ingin saya bahagia, saya tidak perlu teman, pergi kau jauh-jauh” balasan dari lisan ziah dengan disertai tetesan air mata dari sudut pipi chubbynya. Dhilah tersenyum seraya berkata “ semuanya ingin bahagia, sayangilah semua orang untuk disayangi, bertemanlah denganku untuk mempunyai teman. Aku milikmu dan kau milikku ziah” balasan dhilah menciptakan ziah tersentuh dan ziah memeluk dhilah dengan erat. Ucapan dhilah sekejab menciptakan perasaan duka dihati ziah berkembang menjadi kebahagiaan membuncah ziah sekejab lupa akan penyakitnya.

Ziah dan dhilah menginjak usia 15 tahun mereka duduk dikelas XI IPA. 9 tahun sudah ziah dan dhilah menjalin persahabatan tetapi dhilah tidak tahu sedikitpun wacana penyakiit ziah suatu ketika dikala ada program sekolah ziah tak sadarkan diri dan ditolong oleh seorang abang kelas yang berjulukan kek deo, kak deo membawa ziah ke ruang uks dan melihat keadaan ziah kepanikan dhilah membuncah. Tidak usang kemudian ziah pun terbangun “ saya di uks yah? Siapa yang mengangkatku?” ucap ziah dengan lemasnya “iyah ziah kau diuks tadi kak deo yang menggendong kamu, kau kenapa sanggup pingsan yahy? Pasti kau belum sarapan lagi,” dhilah dengan ramahnya. “ hahhhhh kak deo...kak deo yang kau sukain itu yahhh? Cieee dhilah gak cemburukan yahh?” jawab ziah dengan mengolok-olok.”haaaahh ziah malah ngolokin, yaa saya gak mungkin cemburu. Kan beliau angkatin temanku. Ohiya kau tadi kenapa pingsan coba? Ucap dhilah. “ saya tadi belum sarapan dhil, damai gak usah kawatir gitu dong” balasan yang keluar dari lisan ziah. Selama 3 bulan ziah dan dhilah bersama ziah sering mengalami pingsan disekolah dan dhilah merasa ada yang tidak beres dengan ziah. Berulang-ulang kali dhilah bertanya kepada ziah alasan mengapa beliau sering tidaki sadarkan diri dan berulang kali pula ziah menjawab baik-baik saja. Dan hasilnya dhilah percaya begitu saja atas apa yang dikatakan ziah walaupun bantu-membantu ada sesuatu yang disembunyikannya.

Class meet yakni program sekolah yang selalu ditunggu-tunggu para siswa dimana semua siswa sanggup bebas satu ahad dari mencar ilmu dan waktu diadakannya pertandingan-pertandingan antar kelas. Kak deo sebagai anggota osis yakni salah satu panitia class meet, ziah dan dhilah mengikuti lomba bernyanyi dan dikala turun dari panggung deo segera menarik tangan dhilah mengajak dhilah untuk pergi kesuatu daerah , ziah kehilangan jejak dhilah dan ziah duduk di bawah sebuah pohon alasannya yakni kebingungan mencari dhillah.

Dhilah sangat senang perasaan dhilah bagaikan membelah atmosfer Kak deo membawa dhilah kesuatu daerah dan mengajak dhilah untuk duduk kemudian mereka mengobrol “ dhilah kau temannya ziah semenjak kecilkan?” tanya kak deo. “iya kak. Kok nanyain ziah? Ada apa kak?” tanya dhilah dengan bingungnya. “ gini dhil abang udah usang suka sama ziah tapi abang gak berani ngomong kau sanggup bantuin abang nggak? Perkataan dari lisan kak deo menciptakan dhilah terkejut sekaligus menciptakan dhilah duka yang membuncah dhilah menjawab dengan impulsif “tidak” dan berlari dhilah berlari dengan perasaan sedihnya, dhilah tidak pernah menyangka bahwa semuanya akan menyerupai ini, rasa sayang dhilah kepada ziah sekejab berkembang menjadi perasaan benci dan gusar. Kebetulan dhilah melihat ziah dan dhilah segera mendatangi ziah dan berkata “ persahabatan kita berakhir by” ziah gundah dengan apa yang dikatakan dhilah, dan sehabis itu dhilah pergi meninggalkan ziah.

Dhilah pulang kerumah dengan perasaan sakit, dhilah merasa sangat sakit ternyata orang yang beliau sukai menyukai sahabatnya sendiri. Sementara itu dirumah ziah, ziah pingsan dan dibawa kerumah sakit dan ternyata dokter yang selama ini merawat ziah menyampaikan “ ziah kau harus bersabar yah? Tumor mu semakin usang semakin parah. dan jarang sekali ada orang yang hidup dengan penyakit separah ini selama lebih dari 5 bulan. “Ziah tau dok, ziah bakalan besar lengan berkuasa dan ziah akan kuat” jawab ziah.

2 ahad sudah ziah dan dhilah tidak saling menyapa dan ziah sangat gundah apa yang menciptakan dhilah menyerupai itu kepadanya. Saat kiprah berkelompok dhilah tidak mau sekelompok dengan ziah sehingga ziah harus masuk kekelompok lain dan ziah tidak sanggup sama sekali ikut berkerja didalam kelompok itu alasannya yakni setiap pulang sekolah ziah harus kontrol akan penyakitnya. Semua orang tidak menerti keadaan ziah, mereka malah memaki ziah alasannya yakni ziah tidak ikut kerja kelompok ziah hanya melamun mendengar cacian-xcacian itu dan lebiih parahnya dhilah sama sekali tidak memperdulikan ziah alasannya yakni seorang kak deo dhilah menjadi membenci ziah walaupun didalam hati dhilah masih terselip rasa kasihan kepada ziah. Semakin usang penyakit yang ziah derita semakin parah semuanya menciptakan ziah semakin rapuh, dhilah tidak ingin berteman dengannya, orang renta dan saudaranya selalu sibuk dengan urusannya sendiri, dokter yang hanya menasehati dan memberi obat-obat yang memuakan dan semua orang yang sama sekali tidak memperdulikannya.

Semakin usang ziah semakin ringkih dan semakin hancur dengan penyakit yang mengerogoti tubuhnya. Ziah duduk dibawah sebuah pohon yang bertiup angin sepoi-sepoi tiba-tiba muncul sosok kak deo disampingnya sungguh ziah terkejut kak deo tiba-tiba muncul. “ziah, ziah untuk apa kau duduk disini, dhilah mana?” tanya kak deo sambil senyum-senyum. “dhilah sudah usang murka kepada ziah kak tidak tahu ada apa dengannya” jawab ziah dengan lesunya. mereka terus mengobrol dengan asiknya dan sejenak menciptakan ziah lupa akan penyakitnya yang menyedihkan itu dan pada suatu ketika keluar suatu ucapan dari kak deo yang menciptakan ziah melamun dan terkejut “ ziah abang menyukaimu, apa dhilah sudah menyampaikan ini kepadamu. Dula u abang pernah meminta kepada dhilah untuk memberi tahumu. Bagaimana?” mendengar perkataan itu ziah termenung dan melamun suasana nyang awalnya ceria dan asik sekejab berkembang menjadi suram dan senyap.

Akhirnya ziah menerima balasan atas marahnya dhilah kepadanya dan ternyata penyebabnya hanyalah seorang kak deo, ziah segera pergi meninggalkan kak deo tanpa mengucapkan satu katapun dan itu yang menciptakan kak deo merasa sakit dan galau alasannya yakni sama sekali tidak diberikan balasan apapun dan kakdeopun pulang dengan perasaan sakit dan membara alasannya yakni ziah pergi meninggalkan nya tanpa satu katapun. Sementara itu ziah pergi menemui dhilah dengan perasaan bersalah ziah pergi kerumah dhilah tetapi dhilah sama sekali tidak mau mendapatkan ziah untuk masuk kerumahnya, ziah berdiri didepan pintu rumah dhilah hingga ziah mencicipi kelelahan tapi itu semua tidak menciptakan dhilah merasa tersentuh walaupun bantu-membantu ada sedikit perasaan yang menggetok-getokan hatinya tapi tetap saja dhilah tidak ingin menemui ziah. Karena sudah larut malam ziah berdiri di depan pintu rumah dhilah, ziah memutuskan untuk pulang.

Belum hingga dirumah ziah terduduk dijalan dan tidak sadarkan diri. Sementara itu suasana dirumah sedang panik alasannya yakni ziah belum juga ada dirumah sungguh perasaan ziah selama ini salah, ziah selalu menyangka bahwa orang dirumah tidak ada yang peduli kepadanyaternyata mereka sangat sayang kepada ziah dan sangat peduli kepada ziah. Keluarga ziah menelepon dhilah dan menanyakan ziah yang belum pulang kerumah hingga dikala ini kepada dhilah. Dhilahpun dihantui perasaan bersalah alasannya yakni sudah keterlaluan kepada ziah. Dengan paniknya dhilah pun mencari ziah. Dhilah mencari ziah kesemuatempat yang di tau dan dhilah menemukan ziah tergeletak di tengah jalan yang sepi dan senyap dhilah segera mengangkat ziah dan mengantarnya pulang. Sesampainya dirumah dhilah bertanya kepada orang renta ziah wacana keadaan ziah sebenarnya, dhilah benar-benar ingin tau dan curiga kepada ziah.
Akhirnya dhilah mengetahui suatu fakta yang menyakitkan dan selama ini disembunyikan ziah darinya. Dhilah benar-benar merasa bersalah perasaan dhilah benar-benar kacau. Sementara itu ziah belum sadarkan diri juga.

Keesokan harinya ziah sadar dan melihat dhilah yang terbaring didekatnya, ziah menggenggam tangan dhilah dengan besar lengan berkuasa dan menciptakan dhilah terbangun. Melihat ziah terbangun dhilah segera memeluk ziah dengan erat dan dhilah meminta maaf kepada ziah kerena sudah memperlakukannya dengan baik “ ziah, saya minta maaf, nggak seharusnya saya memperlakukanmu menyerupai itu. Hati emang gak sanggup dipaksain. Aku paham itu?” “ndapapa dhilah kita tetap sahabat oke?” kata ziah dan mereka kembali akur menyerupai biasanya hari-hari mereka lalui bersama kembali dan ziah kembali lupa akan penykitnya yang kapan saja sanggup membunuhnya. 5 bulan sehabis vonis dokter, ziah benar-benar melemah tapi dengan dhilah disisi ziah, ziah benar-benar tidak ingat akan penyakitnya, kemudian bagaimana dengan kak deo yang dulu pernah mencicipi sakit hati alasannya yakni perilaku ziah?.

Sementara itu dirumah orang renta ziah sedang menyiapkan barang-barang untuk persiapan pinadah ke singapur guna pengobatan penyakitn ziah yang semakin parah. sesampainya dirumah ziah terkejut dengan keadaan rumah yang sudah rapi dan kosong semua barang-barangnya dimasukan kemobil dengan bingungnya ziah bertanya kepada mamanya “mah ada apa ini kenapa barang-barang kita dimasukan kedalam mobil?, kita gak bakal pergi jauh dari dhillah kanmah? Gak mungkinkan mah? Ziah masih sayang sam dhilah. Ziah gak sanggup jauh dari dhilah, dhilah udah jadi daging ziah mah?” tanya ziah dengan air mata yang menetes dari sudut pipinya yang menunggun balasan dari mamanya. “ziah, ibu tau ziah sayang sama dhilah. Tapi, mamah juga sayang sama ziah, mama mau ziah sehat, mamah gak besar lengan berkuasa liat kau begini terus nak” ucap mamah ziah.” Mamah ziah gak papa sakit, ziah sudah biasa. Ziah gak perlu umur panjang, ziah Cuma mau bersahabat sama mamah, sama papah sam dhilah mah. Umur panjang nda menjamin hidup bahagia. Hidup senang sanggup ziah cari sama dhilah” perkataan yang keluar dari lisan ziah dengan air matanya yang semakin usang semakin deras tetessannya. “ ziah, mamah tau perasaan kamu. Tapi, apa kau tau perasaan mamah? Kita berobat kesingapur sehabis kau sembuh kita kembali kesini” jawab mamah ziah dengan Suasana yang panas dirumah ziah.

Ziah pun menyetujui perkataan dan harapan mamahnya walaupun didalam hati ziah terselip perasaan tidak yakin bahwa beliau akan sembuh. Oleh alasannya yakni itu, beliau menciptakan surat kepada kak deo dan dhilah yang isi surat untu dhilah yakni sebagai berikut:

To dhillah

Dhillah saya sayang banget sama kamu, kau yakni sahabat terbaik yang pernah saya punya. Yang perlu kau tahu gak selamanya kita bakalan sama-sama saya tahu itu dan saya harap kau juga tahu. Semoga kita sanggup bertemu lagi lain waktu sehabis saya berobat kesingapur. Oiya kau yang bai yah sama kak deo, kalian pasangan yang serasi. Kalian cocok banget. Nanti kalo saya balik saya mau lihat kalian berdua sama-sama yah? Aku mau lihat temanku yang tersayang bahagia?. Kalo saya nggak balik-balik ingat aja kalo saya niscaya senang ngeliat kau senang dhil okeh by.

Dan surat untuk kak deo:

To kak deo
Hai kak deo. Aku haraap kak mau baca surat ini alasannya yakni saya sudah pernah nyakitin hati kakak. Waktu itu saya bukan niat nyakitin abang tapi waktu itu saya terlalu kaget dan gak sanggup berkomentar apa-apa jadi saya ninggalin abang gitu aja tanpa stu kata pun oh iya kak selamat tinggal yah saya titip dhilah sama abang saya percaya abang sanggup ngejagain dhilah. Dan kalian pasangan yang harmonis sekali kalian benar benay cocok. Okeh kak by.

Setelah membaca surat itu, kak deo dan dhillah bersama dan ziah sanggup pergi dengan damai untuk berobat. 5 tahunn sudah kak deo dan dhilah bersama mereka menikah dan mempunyai anak, anak mereka diberi nama fadhillah ziah azzahra. Sementara itu bagaiman dengan ziah di singapur. Ternyata sehabis 5 tahun menjalani pengobatan ziah berhasil sembuh dari penyakitnya dan perasaan ziah bahwa beliau tidak akan sembuh semuanya salah buktinya ziah sanggup sembuh dan kembali keindonesia.

Sementara itu diindonesia Kak deo dan dhillah masih menunggu kedatangan dan kepastian dari ziah apakah ziah sanggup kembali dan hidup atau sebaliknya. Disore hari ketika mereke sedang bermain bersama anak mereka, muncul sesosok perempuan bagus berkacamata yang tersenyum dan berjalan menuju rumah mereka dan ternyata itu yakni orang yang mereka tunggu-tunggu selama 5 tahun. Kek deo dan dhillah sangat senang alasannya yakni terjawab sudah pertanyaan mereka selama ini, ziah kembali dan dhillah eksklusif berlari dan memeluk ziah dengan erat seraya berkata” ziah kau kembali” .

Akhirnya mereka semua hidup senang dan ziah berkerja sebagai penulis muda yang berhasil melawan penyakit mematikannya sepakat Bersabarlah kalau ada sesuatu yang jelek menimpamu yakinlah bahwa Allah selalu bersamamu.
PROFIL PENULIS
Nama saya : Asma Fauziah
Umur : 16 tahun
Sekolah : SMAN 1 Tanah Grogot
Kelas : XI

Facebook Asma Fauziah

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel